HUT Prodi dan Himawan, Mahasiswa Sastra Jawa Kuna Unud Konservasi Lontar Masyarakat

DENPASAR – Puluhan mahasiswa Program Studi (Prodi) Sastra Jawa Kuna, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana (FIB Unud), yang didampingi sejumlah dosen melaksanakan pengabdian kepada masyarakat berupa konservasi lontar di Unit Lontar Udayana (ULU).

Kegiatan yang diberi nama “Raksa Rinaksan” tersebut dilaksanakan sebagai bagian kegiatan Pekan Sastra Jawa Kuna, serangkaian HUT ke-65 Prodi Sastra Jawa Kuna dan  HUT ke-13 Himpunan Mahasiswa Sastra Jawa Kuna (Himawan) bertema “Sastra Nitya Rupa: Sastra Jawa Kuna Melintasi Ruang dan Masa”.

Kegiatan yang menyasar satu cakep lontar milik masyarakat yang dititipkan di ULU itu dilaksanakan pada Senin (6/11) di Ruang Penyimpanan Lontar ULU, FIB Unud. Lontar yang berasal dari daerah Bangli tersebut berjumlah 30-an lembar yang setelah diidentifikasi menunjukkan jenis lontar astronomi (wariga). Sayangnya kondisi lontar sudah sangat memprihatinkan karena tertutup kerak asap sehingga warnanya berubah menjadi hitam legam. Kondisi yang dialami lontar tersebut lantaran tinggalan kebudayaan tersebut disimpan di atas perapian warga.


Baca juga: usung spirit alih wahana pekan sastra jawa kuna digelar dengan berbagai acara

Ketua HUT ke-13 Himawan, I Made Sabda Wiguna, mengatakan bahwa kegiatan tersebut dilakukan pihaknya menambah wawasan dan mengembangkan kecintaan generasi muda terhadap naskah-naskah warisan leluhur. Melalui konservasi lontar ini, ia berharap supaya ilmu yang didapatkan bisa bermanfaat untuk mahasiswa dan masyarakat. “Kegiatan ini sangat menyenangkan, karena secara saya pribadi ini adalah hal yang baru dan bisa dipakai latihan supaya saat terjun ke masyarakat, ilmu ini bisa bermanfaat,” kata dia.

Ia mengatakan, berdasarkan penuturan staff ULU, pemilik lontar tersebut dahulu meletakkan lontar di atas tungku api, jadi residu asap yang dihasilkan oleh tungku api mempengaruhi naskah lontar, menyebabkan kondisinya sudah hitam, berkerak, berdebu dan diperkirakan tidak bisa dikonservasi hanya sekali.

“Rencana dari mahasiswa himpunan dan dosen juga akan turun ke masyarakat yang memiliki naskah lontar, terutama bagi masyarakat yang tidak tahu caranya merawat atau menjaga naskah. Kami ingin membantu masyarakat tersebut,” kata dia.

Sementara itu, Koordinator Prodi Sastra Jawa Kuna, Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum., mengatakan bahwa kegiatan Raksa Rinaksan atau konservasi lontar yang dilakukan di ULU adalah wujud implementasi dari pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam penanganan naskah lontar yang telah diberikan dalam mata kuliah konservasi. “Melalui kegiatan konservasi lontar ini, mahasiswa tidak hanya paham tentang pengetahuannya, tetapi juga terampil dalam melakukan konservasi. Ketika mereka tamat dari program studi, mereka akan jadi insan profesional dalam penanganan naskah lontar,” katanya.

Pekan Sastra Jawa Kuna berlangsung selama seminggu dengan berbagai mata acara yang terkait dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pekan Sastra Jawa Kuna dimulai dengan acara Punia Bakti (persemahan punia kepada dosen-dosen purnabakti) yang dilaksanakan pada Minggu (5/11). Selanjutnya dilaksanakan acara Raksa Rinaksana pada Senin (6/11); Utsawa (Lomba Apresiasi Sastra Kakawin) pada Selasa (7/11); Cayarupa (Gelar Film Berbasis Sastra Jawa Kuna) pada Rabu (8/11); Sabawarasa (Bincang Alih Wahana Sastra Jawa Kuna ke Sastra Modern) pada Kamis (9/11); dan Mahotsawa (Puncak Acara dan Seminar Nasional) pada Jumat (10/11).**