Hari Keempat Pekan Sastra Jawa Kuna, Tiga Film Berbasis Jawa Kuna Didiskusikan
DENPASAR – Pekan Sastra Jawa Kuna yang digelar serangkaian HUT ke-65 Program Studi Sastra Jawa Kuna Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dan HUT ke-13 Himpunan Mahasiswa Program Studi Sastra Jawa Kuna (Himawan) pada Rabu, 8 November 2023 memasuki hari keempat. Pada hari tersebut digelar kegiatan Cayarupa (Gelar Film Berbasis Sastra Jawa Kuna) yang menampilkan tiga buah film.
Ketiga film itu mengambil inspirasi dari sastra Jawa Kuna, yakni film “Moot Emping” karya I Komang Rangga Adi Kusuma, “Ambassador The Peace” karya I Made Rival Raynata Astika, dan “Kawi Sastra: Kakawin Abad XXI” karya I Putu Gede Wahyu Hermawan, dkk.
Film pertama merupakan bentuk respons terhadap ritual moot emping yang eksis di Desa Selat, Susut, Bangli. Film ini menggambarkan pola konstruksi masyarakat agraris dalam mengelola sumber daya persawahan, salah satunya dengan jalan ritual. “Film dokumenter ini didasarkan pada riset tentang subak, mulai dari prasasti-prasasti Bali dan lontar-lontar. Salah satu lontar yang menjadi rujukan adalah Rajapurana Pura Ulun Danu Batur yang menjelaskan relasi antara subak-subak di Selat dengan Pura Ulun Danu Batur di Kintamani,” kata Rangga Adi Kusuma yang adalah sineas muda yang tengah kuliah di ISI Denpasar.
Film “Ambassador The Peace” merupakan garapan berupa wayang sinema yang mengambil lakon dari narasi sastra Jawa Kuna, tepatnya Kakawin Kresnaduta. Selayaknya wayang sinema pada umumnya, film tersebut menghadirkan lakon seperti layaknya sebuah pementasan wayang, tetapi diberi sentuhan artistik seni. “Film ini didasarkan pada Kakawin Kresnaduta yang menceritakan ketika Kresna mengambil peran sebagai duta perdamaian untuk mendamaikan Pandawa dan Kurawa,” kata I Made Sabda Wiguna, salah satu tim produksi yang mewakili Rival Raynata.
Sementara itu, film “Kawi Sastra: Kakawin Abad XXI” juga merupakan karya film dokumenter yang mengetengahkan eksistensi penciptaan karya sastra kakawin di abad ini. Film ini digarap oleh mahasiswa Program Studi Sastra Jawa Kuna (Himawan) yang saat ini tengah duduk di semester III. Film ini pun tengah dilombakan pada sebuah ajang lomba film. “Film ini adalah bentuk dokumentasi kami terhadap eksistensi penulisan kakawin di abad ini. Film ini juga menjadi salah satu bentuk model alih wahana dari sastra Jawa Kuna sesuai dengan tema HUT yang diusung tahun ini,” kata salah satu tim produksi, I Gusti Putu Weda Adi Wangsa.
Baca juga: HUT Prodi dan Himawan mahasiswa Sastra Jawa Kuna Unud konservasi lontar masyarakat
Ketua HUT ke-65 Prodi Sastra Jawa Kuna, I Ketut Eriadi Ariana, S.S., M.Hum., mengatakan bahwa tahun ini pihaknya mengambil tema “Sastra Nitya Rupa: Sastra Jawa Kuna Melintasi Ruang dan Masa”. Tema ini dihadirkan sebagai pijakan upaya mengalihwahanakan sastra Jawa Kuna ke ruang-ruang modern dan populer. “Sastra Jawa Kuna mengandung nilai-nilai budaya yang adiluhung. Nilai-nilai ini perlu terus dirawat, dimasyarakatkan, dan diwariskan untuk generasi yang akan datang. Salah satunya melalui film yang dapat dinikmati oleh kalangan muda, maka dari itulah kami mendorong upaya alih wahana ke arah itu,” kata akademisi Prodi Sastra Jawa Kuna ini.
Hal senada dinyatakan Koordinator Program Studi Sastra Jawa Kuna, Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum. Ia mengatakan, pada HUT tahun ini pihaknya menggelar sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan Tri Darma Perguruan Tinggi dan sejalan dengan upaya pelestarian dan pengembangan sastra Jawa Kuna. Semua kegiatan dikemas dalam program bertajuk Pekan Jawa Kuna.
“Pekan Jawa Kuna merupakan agenda penting yang patut dan layak dilaksanakan oleh civitas prodi sastra Jawa Kuna atau mahasiswa sendiri. Kegiatan-kegiatan seperti pemutaran film, konservasi lontar, bincang alih wahana, dan seminar nasional adalah bagian integral dalam HUT Sastra Jawa Kuna dan Himawan sebagai wujud refleksi diri sejauh mana melangkah, melestarikan, dan mewariskan sastra Jawa Kuna untuk generasi ke depan,” katanya.
FAKULTAS ILMU BUDAYA