Sejarah
Program Studi Sastra Jawa Kuna, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana merupakan satu-satunya program studi di Indonesia, bahkan di dunia, yang mengelola kesatuan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang memiliki kurikulum dan metode pembelajaran tertentu dalam satu jenis pendidikan akademik di bidang sastra Jawa Kuna.
Program Studi Sastra Jawa Kuna pada awal kelahirannya bernama Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Kuna, merupakan salah satu jurusan yang ada di bawah Fakultas Sastra Udayana yang dibuka pada tanggal 29 September 1958 oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan K) Prof. Dr. Prijono dan diresmikan oleh Presiden RI Dr. Ir. Soekarno. Peresmian itu dihadiri juga oleh tokoh-tokoh pendidikan, antara lain Prof. Dr. R. M. Ngabehi Poerbatjaraka (Dekan Fakultas Sastra yang pertama), Dr. R. Goris, Dr. Ida Bagus Mantra, Gusti Putu Mertha, Gusti Ketut Ranuh, dan Ida Bagus Oka. Pada waktu itu Fakultas Sastra Udayana merupakan bagian dari Universitas Airlangga Surabaya
Tampaknya, keberadaan bahasa dan
sastra Jawa Kuna di Bali telah menjadi dasar pertimbangan dalam pendirian
Fakultas Sastra Udayana. Hal ini dapat dicermati berdasarkan istilah sastra dan
budaya lama dalam sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada saat itu,
yakni Prof. Dr. Raden Mas Ngabehi Poerbatjaraka yang menyatakan bahwa Fakultas
Sastra Udayana yang baru didirikan saat itu diibaratkan kunci wasiat yang
diharapkan mampu membuka secara ilmiah perbendaharaan Bali sebagai pulau yang
terkenal sebagai peti tempat penyimpanan perbendaharaan sastra dan budaya lama.
Kemungkinan besar yang dimaksud sastra lama itu adalah sastra Jawa Kuna yang
memang ditulis dan disimpan di dalam puluhan ribu naskah lontar di Bali. Sebagaimana
pula disebutkan Zoetmulder bahwa Bali merupakan satu-satunya pulau yang
berhasil menyelamatkan dan memelihara secara berkelanjutan sastra Jawa Kuna
sebagai warisan budaya bangsa yang sangat kaya dengan kandungan nilai-nilai
luhur pekerti bangsa.
Prof. Dr. Prijono ketika itu mengutip dua larik Kakawin Ramayana (salah satu karya sastra Jawa Kuna) yang berbunyi, kadi bahni ring paho?man, dumilah mangde sukanikang rat. Artinya, Fakultas Sastra Udayana hendaknya mampu memposisikan diri bagaikan api yang berada di tungku persajian (paho?man), yang terus-menerus menyala dan siap memberikan penerangan tatkala umat manusia menemui kesulitan dan kegelapan. Presiden Soekarno dalam peristiwa bersejarah itu secara tegas meminta agar Fakultas Sastra Udayana mampu menjadi pewahyu rakyat untuk mengantarkan masyarakat menuju kebahagiaan lahir dan batin.
Seiring dengan induknya Fakultas Sastra Udayana melepaskan diri dari Universitas Airlangga dan menjadi bagian dari Universitas Udayana ketika Universitas Udayana diresmikan di Denpasar pada tanggal 17 Agustus 1962, berdasarkan Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor 104 Tahun 1962 yang kemudian ditetapkan dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1963, Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Kuna resmi berada di bawah Fakultas Sastra, Universitas Udayana.
Pada tahun 1985 Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Kuna menjadi Program Studi Bahasa dan Sastra Jawa Kuna di bawah Jurusan Sastra Daerah, bersama dengan Program Studi Bahasa dan Sastra Bali. Pada tahun 2010, Jurusan Sastra Daerah ditiadakan. Sejak itu, Program Studi Bahasa dan Sastra Jawa Kuna berubah menjadi Program Studi Sastra Jawa Kuna yang berada di bawah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana hingga sekarang.
FAKULTAS ILMU BUDAYA